
Kisah Minsitthar Hero Mobile Legend Sebagai Palayan Kerajaan – Aku berdiri di bawah dinding menara, sudah sekian hari aku menjalani kehidupan ku sebagai pelayan kerajaan. Pada hari itu, sang Pangeran lahir. Namun tangisan sang baginda kecil itu tidak mampu menghidupkan harapanku yang sudah mati. Suara puja-puji terhadap sang Pangeran terdengar di telingaku. Ada yang berharap ia akan menjadi seorang pemberani, dan ada juga yang berharap ia memiliki masa depan yang cerah. Aku telah melihat pejabat-pejabat kerajaan dalam hidupku. Kekuasaan mereka bagaikan pisau di leherku. Bahkan sekarang aku menunggu tuanku menghukumku, karena tangan tua ku ini membuatku memecahkan beberapa piring.
Sang pangeran kecil berdiri di depan ku sambil memegang pedang kayu nya. Sang pangeran yang selalu dipuja melindungiku sebagaimana dia berjanji untuk melindungi rakyatnya. Sekarang aku berharap dia bisa tumbuh dewasa dan membawa kehangatan bagai sinar matahari di Mahar Pura. Aku berdoa agar hujan turun untuk menyirami tanaman kami yang layu, mulut kami yang kering, dan hati kami yang terluka.
Namun sebelum hujan turun, sang Pangeran dengan baju zirahnya datang untuk membawakan makanan dan mengakhiri penderitaan kami. Saat dia melihat ke rakyatnya, aku bisa melihat dunia indah di matanya.
Kisah Minsitthar Hero Mobile Legend Sebagai Palayan Kerajaan
Saat dia mengangkat pandangannya, dia melihat sesosok gadis dengan bunga mawar nan indah. Yang membuat dunia di matanya semakin cerah. Beberapa hari setelah itu, aku diberitahu bahwa sang pangeran telah jatuh cinta dengan gadis jelata itu. Dia membuat seluruh keluarga kerajaan gempar dan mengejar kehidupan bebasnya bersama sang gadis tersebut. Namun, kehidupan bebas bukan seperti cinta yang indah bagaikan sinar bintang di malam hari. Kehidupan bebas berarti hidup bersama padi, sawah, dan pekerjaan keras. Kali ini, sang pangeran memiliki kesempatan untuk melihat dunia yang sebenarnya dan kehidupan rakyatnya.
Aku melangkah menuju medan pertempuran bersama rekan-rekanku saat armada musuh menembuh pertahanan laut kami. Mereka menyerbu bagai ombak hitam sambil menghunuskan pedang mereka. Rekanku dan saudaraku gugur dalam pertempuran. Mereka berharap aku bisa membawa senyum dan semangat mereka menuju kemenangan. Kami terus berjuang, namun sepertinya tidak ada harapan tersisa. Tiba-tiba cahaya keemasan memancar di langit dan menyapu kegelapan di medan tempur.
Aku mengenali tangan yang memegang tombak suci itu. Dialah sang Pangeran! Sang mentari bagi Mahar Pura! Dia menangkis semua serangan musuh dengan tubuhnya yang kuat. Dia meniup terompet untuk membangkitkan semangat prajuritnya. Percikan-percikan api pun membentuk kobaran api yang siap menghabisi seluruh musuh. Di bawah kepemimpinannya, kami berhasil menyapu kegelapan dan mengusir musuh dari wilayah kami. Lalu, kami pun berlutut di hadapan pangeran, yang kemudian menjadi Raja baru kami dan bersumpah untuk setia kepada perintahnya. Semoga Mahar Pura bersinar selamanya.
Aku bertemu lagi dengannya di usia senjaku. Dia kembali ke istananya dan bermandikan cahaya kejayaan yang ada di mahkotanya. Aku diberitahu bahwa dia mengesampingkan tugasnya dan hidup sebagai petani bersama cinta sejatinya. Namun, dia tidak mampu menolak kenyataan bahwa rakyatnya membutuhkannya. Dia meninggalkan istri tercintanya serta mengambil kembali Tombak Sucinya, dan kembali ke medan tempur bersama kami saat itu.
Sekarang, aku hidup bebas dari huru-hara peperangan di istana. Berkat pejuang sepertinya, sekarang aku bisa menuangkan anggur untuknya dengan penuh hormat. Aku menawarkan secangkir anggur untuknya. Dia melihat ke bawah, dan aku melihat kesendirian di matanya. Tetapi mentari yang cerah ini masih bersinar di atas tanah Mahar Pura seperti biasanya.